Selasa, 10 April 2012

Tersisa. Tapi aku lupa.

Halooo. Aku lagi random nih. Tadi habis cerita cerita sama Shofi sambil nunggu latihan pramuka. Tapi ya begitu, ternyata (kayaknya) nggak latihan. Soalnya aku tunggu lama.... Banget. Sedangkan nggak ada anak yang kumpul satupun. Padahal kemarin udah pingin latihan tapi habis kepleset dan jatuh.
Dan yah, akhirnya aku diajak pulang. Sampai kapan aku harus nunggu?

Pulanglah aku.

Aku bukan nggak bersyukur, waktu lagi ngobrol sama Shofi. Aku bahkan nggak tau kenapa bisa bilang kayak gini,
"Bahkan aku udah lupa bagaimana rasa benar benar jatuh dan tersakiti"
Right. Semuanya baca kan? Aku ngelanjutin omonganku,
"Terakhir kali aku merasa benar benar jatuh, bukan cuma nyesek nyesek cinta monyet dan nyesek labil. Itu waktu kelas enam. Waktu aku suka sama... Shinchan *atau 23, atau. Ya anak itu, hampir semua tau kok*."



Setelah aku fikir fikir lagi kata kataku itu, yang nggak tau kenapa keluar dari mulutku. Ada benernya juga. Atau mungkin, -setelah aku suka Shinchan- aku pernah tersakiti (juga) tapi nggak sehebat yang waktu itu? Mungkin.
Hahaha, lucu sekali. Bagaimana dulu aku bisa benar benar tersakiti. Bagaimana aku benar benar terjatuh. Bagaimana dulu aku dengan bodohnya.. Dengan bodohnya. Dengan bodohnya nggak segera pergi dan menghilang. Seakan semuanya tidak pernah terjadi? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa dulu aku bisa menahan hebatnya rasa itu? Aku inget betul waktu kata kata itu. Waktu kata kata itu..

"Aku nggak pernah suka Roshan"

Nancep. Haha, lucu sekali diingat, bahwa dengan satu kalimat, 5 kata, 9 suku kata, 28 karakter bacaan yang tertera dilayar hapeku. Yang merupakan sms dari seseorang yang dengan baik hati mengforwardkan sms itu untukku. Aku bisa langsung lemas tak berdaya. Aku bisa langsung menangis dan bahkan sampai tertidur. Hanya dengan kalimat itu aku benar benar bisa membuatku.. Mati rasa.  
Tapi itu kebalikannya fakta. Fakta. Semua yang terjadi. Keseharianku. Tatapan itu, tolehan itu, caranya memandangku seakan nggak bakal pernah ngelepasin aku. Aku nggak bisa lupa..

Tapi apalah daya? Aku udah terlanjur sakit hati. Tatapan, pandangan, dan tolehan itu. Cuma bisa ngilangin sementara. Sampe rasa itu muncul lagi. Salah. Ini salah, kan, harusnya?
Dan dia cuma nge-PHP-in aku. Fakta nggak ada gunanya. Nggak bisa jadi bukti yang sah, yang menunjukkan perasaan itu.

Dan. Semua berlalu berlalu berlalu sampai suatu saat. Kalimat itu. Diforwardkan buat aku dari seseorang yang bwaiiiik hatinya. Yaaaaw, rasanya ter-bodoh-i. Hahahaha
Ter-bodoh-i. Tau rasanya terbodohi? Bener bener malu. Tau apa yang aku bilang php itu? Tau apa yang aku rasa menjatuhkan diriku dan benar benar jatuh? Tau? Tau rasanya? Tau sakitnya kayak apa? Sakiit :'>

"Jadi gini pas itu si roshan kan suka aku. Trus sama penasehatku
disuruh pacaran ae,, nah trus aku nguping pembicaraannya **** sama
***** tentang **** suka sama roshan. Nah trus kan aku kasian sama ****
trus aku pura pura benci gitu lho sama roshan. Tapi jangan bilang sapa sapa ya"

Tragis.

Aku nggak tau bagaimana bisa dia dengan hebatnya, membuatku dalam jangka waktu sekitar 6 bulanan lebih yang nggak mungkin aku hitung untuk tetap kuat untuk terus terjatuh. Dan rasa itu masih tersisa sampai... Sekarang.

Tidak ada komentar: